Kenapa Banyak Franchise Gagal? Ini 7 Kesalahan Yang Harus Kamu Hindari

Bisnis Franchise Tak Selalu Mulus — Kenali Risikonya
Bisnis franchise sering dipersepsikan sebagai cara “instan” untuk punya usaha. Tinggal bayar, buka booth, lalu menunggu untung datang. Padahal realitanya, tak sedikit franchisee justru merugi—bahkan bangkrut—dalam waktu kurang dari setahun.
Jika kamu adalah pengusaha pemula atau calon investor yang sedang mempertimbangkan waralaba, penting untuk tahu bahwa brand terkenal tidak menjamin sukses. Yang lebih penting adalah pengelolaan, pemahaman, dan komitmenmu menjalankan bisnisnya.
Agar tidak jatuh ke lubang yang sama, simak 7 kesalahan fatal dalam bisnis franchise yang harus kamu hindari—beserta solusi pencegahannya.
1. Salah Pilih Lokasi
Lokasi adalah kunci dalam bisnis ritel dan F&B. Sayangnya, banyak franchisee hanya memilih lokasi karena murah atau dekat rumah, tanpa riset traffic dan target market.
Ciri-ciri lokasi buruk:
→ Sepi pejalan kaki
→ Jauh dari pusat aktivitas (sekolah, kampus, perkantoran)
→ Tidak sesuai dengan demografi brand
Solusi:
→ Lakukan survey langsung selama beberapa hari
→ Gunakan data: traffic jam, usia warga sekitar, kompetitor terdekat
→ Konsultasikan lokasi ke franchisor—brand yang baik biasanya punya tim survey lokasi
2. Tidak Melakukan Riset Brand
Banyak orang langsung tertarik dengan brosur atau akun Instagram franchise, tanpa mengecek reputasi dan sistemnya.
Kesalahan umum:
→ Tergiur "franchise murah" tanpa legalitas jelas
→ Tidak tahu siapa pemilik/pengelola pusat
→ Tidak kontak mitra lama sebagai testimoni
Solusi:
→ Cari tahu apakah brand terdaftar di Asosiasi Franchise Indonesia
→ Tanyakan HAKI, legalitas usaha, dan SOP tertulis
→ Minta izin berbicara dengan mitra eksisting sebelum bergabung
3. Menganggap Franchise = Passive Income Total
Franchise bukan investasi pasif seperti deposito. Ini tetap bisnis, dan kamu perlu terlibat, setidaknya di awal.
Risiko:
→ Mengandalkan karyawan sepenuhnya
→ Tidak tahu cara kerja operasional
→ Tidak ikut memantau keuangan & kualitas layanan
Solusi:
→ Ikut pelatihan langsung meski punya staf
→ Turun langsung di awal 3–6 bulan untuk memahami alur kerja
→ Gunakan sistem kasir/POS yang transparan dan real-time
4. Over-ekspansi Tanpa Penguatan Sistem
Melihat booth pertama sukses, banyak mitra langsung buka cabang kedua, ketiga, tanpa SDM atau SOP yang siap.
Akibat:
→ Kualitas layanan menurun
→ Karyawan kewalahan
→ Omzet stagnan atau menurun drastis
Solusi:
→ Maksimalkan satu outlet dulu hingga stabil (minimal 6 bulan)
→ Baru ekspansi jika sistem & tim sudah kuat
→ Pikirkan sistem operasional seperti manager outlet, pelatihan SDM, dan kontrol stok
5. Kurang Paham Isi Kontrak Franchise
Kontrak adalah dasar hubungan mitra–franchisor. Tapi banyak yang tanda tangan tanpa membaca detailnya.
Risiko:
→ Tidak tahu batas area eksklusif
→ Ternyata ada biaya tersembunyi
→ Sulit keluar dari kontrak jika performa buruk
Solusi:
→ Minta waktu baca & konsultasi hukum sebelum tanda tangan
→ Tanyakan: fee tambahan, durasi kontrak, hak jual lokasi, exit strategy
→ Jangan teken kontrak di tempat
6. Tidak Siap Mental & Waktu
Banyak yang mengira bisnis franchise bisa langsung “auto jalan”. Faktanya, kamu tetap perlu tenaga, waktu, dan daya tahan mental.
Tanda-tanda belum siap:
→ Mudah menyerah saat penjualan turun
→ Tidak disiplin urus stok & keuangan
→ Tidak tanggap terhadap komplain pelanggan
Solusi:
→ Bangun mindset sebagai “pemilik bisnis” bukan sekadar mitra
→ Atur waktu luang di awal untuk turun tangan
→ Siapkan dana darurat untuk 3 bulan operasional awal
7. Hubungan Buruk dengan Franchisor
Konflik antara mitra & pusat sering terjadi karena komunikasi yang minim, ekspektasi tidak jelas, atau sistem yang tertutup.
Dampak:
→ Mitra tidak dapat dukungan
→ Kesulitan urus stok, promosi, atau pelatihan
→ Hubungan jangka panjang rusak
Solusi:
→ Pilih franchisor yang terbuka & mudah diajak diskusi
→ Tanyakan sistem support: pelatihan, promosi, kunjungan lapangan
→ Simpan dokumentasi semua komunikasi & perjanjian
Tabel Ringkasan: 7 Kesalahan Fatal Franchisee
No | Kesalahan | Solusi Pencegahan |
1 | Salah pilih lokasi | Survey langsung, riset traffic & demografi |
2 | Kurang riset brand | Cek legalitas, kontak mitra lama |
3 | Anggap franchise pasif income | Ikut training, awasi operasional awal |
4 | Ekspansi terlalu cepat | Maksimalkan 1 outlet dulu, siapkan sistem |
5 | Abaikan isi kontrak | Pelajari detail kontrak, konsultasi hukum |
6 | Tidak siap waktu/mental | Bangun mindset pebisnis, alokasikan waktu |
7 | Konflik dengan franchisor | Bangun komunikasi sehat, pilih franchisor suportif |
FAQ: Penyebab Franchise Gagal & Cara Menghindarinya
1. Apakah semua franchise bisa sukses?
Tidak. Sukses tergantung pada lokasi, manajemen, pasar, dan keterlibatan mitra.
2. Apa tanda franchisor yang tidak sehat?
Tidak transparan soal biaya, tidak punya SOP jelas, atau tidak terbuka untuk diskusi.
3. Apakah franchise lebih aman daripada bisnis sendiri?
Tidak selalu. Keunggulannya adalah sistem & branding, tapi tetap butuh eksekusi dan kontrol yang baik.
4. Apakah bisa gagal meski brand sudah terkenal?
Bisa. Brand kuat tidak menjamin sukses jika lokasi dan pengelolaan buruk.
5. Apakah franchise cocok untuk pemula?
Cocok, asalkan Anda siap belajar, aktif terlibat, dan tahu risiko yang bisa terjadi.
Belajar dari Gagal, Siap untuk Sukses
Bisnis franchise bisa jadi batu loncatan sukses asalkan kamu paham risikonya dan tahu cara menghindarinya. Banyak kegagalan justru terjadi bukan karena sistem franchise-nya buruk, tetapi karena calon mitra kurang persiapan, kurang riset, dan terlalu cepat percaya janji manis.
Ingat, franchise bukan jaminan instan sukses. Tapi jika dijalankan dengan strategi, pemahaman, dan mental siap kerja, peluang sukses tetap besar.