Apakah Franchise Bagi Hasil? Begini Cara Kerjanya

Bisnis franchise atau waralaba kini semakin populer di Indonesia sebagai cara cepat memulai usaha dengan risiko lebih rendah.
Namun, banyak yang bertanya, apakah franchise bagi hasil?
Artikel ini akan menjelaskan secara mendetail tentang sistem bagi hasil dalam franchise serta bagaimana cara kerjanya.
Pengertian Franchise dan Sistem Bagi Hasil
Franchise adalah model bisnis di mana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada pihak lain (franchisee) untuk menjalankan usaha menggunakan merek, produk, dan sistem operasional yang sudah teruji.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), waralaba adalah kerja sama usaha dengan bagi hasil sesuai kesepakatan, termasuk hak kelola dan pemasaran.
Sistem bagi hasil dalam franchise merujuk pada pembagian keuntungan antara franchisor dan franchisee berdasarkan perjanjian. Tidak semua franchise menerapkan sistem ini; beberapa menggunakan biaya tetap seperti royalty fee atau kombinasi keduanya.
Bagi hasil biasanya dihitung dari pendapatan kotor (gross sales) dalam periode tertentu, misalnya harian, mingguan, atau bulanan.
Cara Kerja Franchise dengan Sistem Bagi Hasil
Berikut adalah cara kerja franchise dengan sistem bagi hasil:
- Perjanjian: Franchisor dan franchisee menandatangani perjanjian waralaba yang mengatur pembagian keuntungan, termasuk persentase atau nominal bagi hasil.
- Operasional Bisnis: Franchisee menjalankan usaha sesuai standar franchisor, seperti SOP, branding, dan kualitas produk.
- Pembagian Keuntungan: Franchisee membayar sebagian keuntungan kepada franchisor, misalnya 20:80, 30:70, atau sesuai kesepakatan. Contohnya, jika pendapatan kotor Rp10 juta, dengan bagi hasil 30:70, franchisee membayar Rp3 juta ke franchisor.
- Royalty Fee: Selain bagi hasil, franchisee sering kali membayar royalty fee secara rutin, yang bisa berupa persentase (4-9% di beberapa negara) atau nominal tetap berdasarkan penjualan.
- Dukungan Franchisor: Franchisor menyediakan pelatihan, pemasaran, dan dukungan operasional untuk memastikan kesuksesan outlet.
Sistem ini memungkinkan franchisee memanfaatkan merek yang sudah dikenal dan sistem yang teruji, sementara franchisor mendapatkan keuntungan tanpa investasi besar untuk ekspansi.
BACA JUGA: Apakah Franchise Harus Ada Izin? Ini Penjelasan Dan Syaratnya
Keuntungan dan Kekurangan Sistem Bagi Hasil
Keuntungan
- Brand Awareness: Franchisee tidak perlu membangun merek dari nol karena merek sudah dikenal masyarakat.
- Sistem Teruji: Franchisee mendapatkan SOP, pelatihan, dan dukungan operasional, mengurangi risiko kegagalan.
- Akses Pendanaan: Bank lebih mudah memberikan kredit karena reputasi merek franchisor.
Kekurangan
- Biaya Tinggi: Franchisee harus membayar franchise fee awal dan royalty fee berkala.
- Keterbatasan Kreativitas: Franchisee harus mengikuti aturan franchisor, membatasi inovasi.
- Ketergantungan: Reputasi buruk franchisor atau mitra lain dapat memengaruhi bisnis franchisee.
Contoh Franchise dengan Bagi Hasil di Indonesia
Beberapa franchise di Indonesia yang menerapkan sistem bagi hasil antara lain:
- KFC: Menawarkan skema revenue sharing untuk kerjasama di lahan milik franchisee, dengan pembagian keuntungan kotor bulanan.
- Indomaret: Memerlukan investasi sekitar Rp394 juta dengan sistem bagi hasil dan royalty fee.
- Apotek K-24: Franchise kesehatan yang berkembang pesat dengan lebih dari 400 gerai sejak 2005.
Faktor Penentu Bagi Hasil
Besaran bagi hasil ditentukan oleh beberapa faktor, seperti:
- Reputasi Merek: Merek terkenal cenderung mematok bagi hasil lebih tinggi.
- Minat Pasar: Produk dengan permintaan tinggi memungkinkan persentase lebih besar.
- Lokasi Usaha: Lokasi strategis meningkatkan potensi bagi hasil yang lebih tinggi.
- Persaingan: Franchisor mempertimbangkan sistem bagi hasil kompetitor untuk tetap kompetitif.
Kesimpulan
Apakah franchise bagi hasil? Ya, banyak franchise menerapkan sistem bagi hasil sebagai bagian dari perjanjian, di mana franchisee membayar sebagian keuntungan kepada franchisor, baik dalam bentuk persentase pendapatan kotor maupun nominal tetap.
Cara kerjanya melibatkan kerja sama erat antara franchisor dan franchisee, dengan franchisor menyediakan merek, sistem, dan dukungan, sementara franchisee menjalankan operasional dan membayar biaya sesuai kesepakatan.
Meski menawarkan kemudahan memulai bisnis, franchisee perlu mempertimbangkan biaya, keterbatasan kreativitas, dan ketergantungan pada franchisor sebelum memutuskan bergabung.