Loading...

Berita

Berita / Brand-nya Viral, Tapi Kok Sepi? Ini 5 Alasan Franchise Gagal Di Kota Kecil

Brand-nya Viral, Tapi Kok Sepi? Ini 5 Alasan Franchise Gagal Di Kota Kecil

Ditulis Oleh : Admin SEO
28/07/2025 13:39
Brand-nya Viral, Tapi Kok Sepi? Ini 5 Alasan Franchise Gagal Di Kota Kecil

Pendahuluan

Sinta, 32 tahun, sempat optimistis ketika membuka franchise makanan viral asal Jakarta di kota kecil tempat tinggalnya. Brand-nya terkenal, tampilannya Instagramable, dan banyak testimoni positif. Tapi setelah dua bulan berjalan, hasilnya jauh dari ekspektasi. Penjualan seret, operasional rugi, dan pelanggan tidak seramai yang dibayangkan.

Kenapa bisa begitu?
Apakah brand viral hanya berlaku di kota besar?
Atau ada strategi yang luput saat membuka cabang di daerah?

Faktanya, tidak semua franchise cocok langsung “ditanam” di pasar lokal tanpa penyesuaian. Berikut lima alasan utama kenapa franchise yang sukses di kota besar justru gagal saat masuk ke kota kecil.


1. Harga Tidak Masuk Akal untuk Pasar Lokal

Brand viral biasanya menyasar segmen menengah atas. Tapi di kota kecil, standar harga jauh berbeda.

Contoh nyata:
Es kopi susu seharga Rp25.000 mungkin wajar di Jakarta. Tapi di kota kecil, harga segitu bisa dianggap mahal, apalagi jika disandingkan dengan kopi sachet warung yang hanya Rp5.000–8.000.

Solusi:

  • Lakukan survei harga kompetitor lokal.

  • Tanyakan ke franchisor apakah menu bisa disesuaikan atau ditambah varian lebih terjangkau.


2. Produk Tidak Relevan dengan Selera Daerah

Banyak brand franchise viral punya rasa yang disesuaikan dengan tren urban — seperti minuman dengan topping unik atau makanan fusion.

Masalahnya:
Selera konsumen daerah kadang lebih konservatif. Tidak semua orang suka cheese foam, brown sugar, atau beef mentai.

Solusi:

  • Amati makanan/minuman lokal yang populer.

  • Tambahkan varian yang familiar, seperti teh tarik, es coklat, atau snack lokal (jika franchisor mengizinkan).


3. Lokasi Tidak Sesuai Pola Pergerakan Konsumen Lokal

Di kota besar, pusat keramaian bisa berupa mall atau perkantoran. Tapi di kota kecil, titik kumpul masyarakat bisa berbeda: pasar tradisional, alun-alun, atau sekolah.

Kesalahan umum:
Memilih lokasi “premium” versi kota besar (mall, ruko elit) padahal sepi pengunjung di kota kecil.

Solusi:

  • Observasi jalur lalu lintas warga setempat.

  • Pilih lokasi dekat sekolah, pasar, kampus, atau warung ramai — bukan sekadar “bagus di peta”.


4. Promosi Tidak Menyentuh Audiens Lokal

Strategi promosi ala Jakarta — Instagram Ads, influencer besar, feed estetik — tidak selalu efektif di daerah.

Masalahnya:

  • Warga lokal lebih percaya pada rekomendasi langsung dari teman atau grup komunitas.

  • Influencer lokal lebih berpengaruh daripada artis ibu kota.

Solusi:

  • Aktif di grup WhatsApp atau Facebook komunitas lokal.

  • Kolaborasi dengan content creator lokal, bukan hanya nama besar nasional.

  • Hadir di event offline seperti bazar desa atau car free day.


5. Operasional Tidak Disesuaikan dengan Sumber Daya Lokal

Beberapa franchise punya SOP dan alat yang terlalu rumit atau mahal untuk dijalankan di daerah. Misalnya:

  • Mesin espresso canggih yang sulit diperbaiki kalau rusak.

  • Bahan baku khusus yang harus dipesan dari Jakarta, memakan waktu dan biaya.

Solusi:

  • Pastikan SOP operasional bisa dijalankan oleh SDM lokal.

  • Diskusikan opsi penggunaan bahan alternatif yang tetap sesuai standar.


Kesimpulan: Adaptasi Itu Kunci

Brand viral memang bisa jadi pintu masuk yang menjanjikan. Tapi ketika dibawa ke kota kecil, kamu tidak bisa copy-paste strategi kota besar.

Adaptasi adalah kunci:
➤ Sesuaikan harga
➤ Pelajari selera lokal
➤ Pilih lokasi berdasarkan aktivitas warga
➤ Gunakan promosi berbasis komunitas
➤ Pastikan operasional realistis

Jika kamu ingin franchise bertahan dan berkembang di luar kota besar, pahami bahwa “viral” tidak cukup. Yang penting adalah “nyambung” dengan pasar lokal.


FAQ Seputar Franchise di Kota Kecil

1. Apa franchise bisa sukses di kota kecil?
Bisa, selama disesuaikan dengan kondisi lokal. Banyak brand nasional berkembang justru karena kuat di daerah.

2. Apakah perlu modifikasi menu saat masuk daerah?
Idealnya, iya. Tapi harus dikonsultasikan dengan franchisor agar tetap sesuai standar brand.

3. Bagaimana cara riset pasar di kota kecil?
Amati langsung tempat nongkrong warga, tanya ke pelaku usaha setempat, dan survei kecil-kecilan di lingkungan sekitar.

4. Apakah influencer masih penting untuk promosi di daerah?
Sangat penting, tapi pilih influencer lokal atau akun komunitas kota tersebut.

5. Berapa waktu adaptasi yang wajar sebelum penjualan stabil?
Bisa 3–6 bulan. Selama masa ini, penting membangun relasi dengan warga sekitar dan terus evaluasi produk.


Ingin Konsultasi Lebih Lanjut?

Bergabunglah dengan kemitraan BukaOutlet saat ini juga!
Hubungi Kami untuk Bergabung