Loading...

Berita

Berita / Brand Sendiri Atau Franchise? Ini Komparasi Fair Untuk Kamu Yang Lagi Bingung Memilih

Brand Sendiri Atau Franchise? Ini Komparasi Fair Untuk Kamu Yang Lagi Bingung Memilih

Ditulis Oleh : Admin SEO
28/07/2025 13:17
Brand Sendiri Atau Franchise? Ini Komparasi Fair Untuk Kamu Yang Lagi Bingung Memilih

Dilema Klasik Calon Pebisnis

Buat kamu yang sudah mantap ingin terjun ke dunia bisnis, mungkin pernah mengalami momen seperti Ardi, 36 tahun — sudah punya produk camilan yang jalan kecil-kecilan, tapi mulai tertarik beli franchise karena sistemnya terlihat lebih rapi dan instan.

Nah, pertanyaannya: lebih baik bangun brand sendiri atau beli franchise?
Jawaban cepatnya: tergantung.

Tergantung tujuanmu, karakter, modal, dan kesiapan menghadapi risiko.

Di artikel ini, kita akan membandingkan kedua opsi secara adil dan realistis dari berbagai aspek penting. Kamu bisa lihat mana yang paling sesuai dengan kondisi dan visi jangka panjangmu.


1. Modal Awal: Franchise Lebih Terstruktur, Brand Sendiri Lebih Fleksibel

Franchise biasanya menetapkan paket modal awal yang sudah fix. Contohnya: Rp10 juta untuk booth minuman, atau Rp200 juta untuk F&B ritel besar. Kamu langsung tahu berapa yang perlu disiapkan.

Brand sendiri lebih fleksibel. Kamu bisa mulai dari Rp2 juta kalau bisa produksi di rumah. Tapi, kamu harus hitung sendiri biaya branding, alat, packaging, marketing, dll.

Intinya: Franchise lebih praktis, tapi brand sendiri bisa diatur sesuai kantongmu — asal siap lebih ribet.


2. Risiko Bisnis: Brand Sendiri Butuh Nyali Lebih Besar

Franchise hadir dengan sistem yang sudah teruji (jika franchisor-nya terpercaya). Risiko gagal tetap ada, tapi lebih terkendali karena kamu tinggal ikuti SOP dan sistem support yang tersedia.

Brand sendiri berarti kamu harus membangun segalanya dari nol: positioning produk, harga, desain, distribusi, bahkan resep dan legalitas.

Kesimpulan: Kalau kamu belum yakin bisa jalan sendiri, franchise bisa jadi opsi aman untuk belajar dulu.


3. Branding dan Kreativitas: Brand Sendiri Lebih Bebas

Bikin brand sendiri = kamu bos kreatifnya. Mau desain logo sesuka hati, ubah rasa, buat konten gaya personal — semuanya di tanganmu.

Franchise biasanya punya aturan baku soal tampilan booth, seragam, cara posting di media sosial, dan menu. Kamu gak bisa sembarangan ubah.

Kalau kamu tipe kreatif dan suka eksperimen, brand sendiri akan lebih memuaskan. Tapi, kalau kamu butuh sistem siap pakai, franchise jawabannya.


4. Jaringan & Ekspansi: Franchise Lebih Cepat di Awal

Franchise yang sudah punya banyak cabang biasanya membawa nama besar yang dikenal pasar. Kamu bisa langsung “nebeng branding” mereka.

Brand sendiri harus berjuang keras untuk dikenal publik. Tapi kalau berhasil, keuntungannya 100% milikmu — dan kamu bisa jadi franchisor ke depannya.

Poin penting: Franchise cocok untuk pemula yang ingin ekspansi cepat tanpa bangun brand dari nol. Tapi dalam jangka panjang, brand sendiri lebih scalable bila sistemnya dibangun dengan baik.


5. Profit & Kepemilikan: Brand Sendiri Lebih Bebas Cuan

Franchise biasanya mengenakan potongan: royalti bulanan, fee tahunan, atau persentase omzet. Ada juga kewajiban beli bahan baku dari pusat.

Brand sendiri semua keputusan dan keuntungan kamu kelola sendiri. Tapi ingat: semua resiko juga tanggung sendiri.

Jadi, kalau kamu gak suka bagi-bagi cuan dan siap kerja ekstra, brand sendiri bisa lebih untung. Tapi kalau kamu lebih nyaman dibimbing dan diarahkan, franchise membantu banget.


6. Dukungan & Pelatihan: Franchise Lebih Lengkap

➤ Franchisor biasanya menyediakan:

  • Pelatihan awal

  • SOP lengkap

  • Materi promosi

  • Sistem pembukuan

  • Support teknis

➤ Brand sendiri? Semua harus kamu cari, uji, dan susun sendiri. Kecuali kamu punya mentor atau komunitas yang solid.


7. Contoh Kasus Nyata

Aldi punya produk banana roll lokal. Ia mulai dari rumah, lalu masuk ke event kuliner, kemudian buka cabang kecil dengan nama sendiri. Tapi branding dan SOP-nya masih berantakan, sehingga susah diajak kerja sama oleh reseller.

Di sisi lain, Bayu membeli franchise minuman seharga Rp9 juta. Dalam 3 bulan, omzetnya stabil karena booth dan konten promosinya sudah disediakan oleh pusat. Tapi ia merasa tak bisa berekspresi karena semua serba template.


Kesimpulan: Pilih yang Sesuai Tujuan dan Gaya Kamu

Tidak ada pilihan yang benar atau salah. Yang penting adalah:

  • Franchise cocok buat kamu yang butuh sistem siap pakai, minim risiko, dan ingin cepat mulai.

  • Brand sendiri cocok buat kamu yang ingin membangun warisan usaha jangka panjang dan punya kebebasan penuh.

Kalau kamu masih ragu, kamu bisa coba beli franchise dulu sambil belajar sistem dan branding, lalu di masa depan mulai bangun brand kamu sendiri.


FAQ: Franchise vs Brand Sendiri

1. Apa benar franchise selalu lebih menguntungkan?
Tidak selalu. Franchise hanya lebih minim risiko di awal. Brand sendiri bisa jauh lebih untung kalau berhasil dibangun dengan strategi yang tepat.

2. Kalau modal saya pas-pasan, lebih baik pilih yang mana?
Brand sendiri bisa dimulai dengan sangat kecil, tapi lebih sulit dan butuh waktu. Franchise menawarkan sistem jadi tapi modal awal bisa lebih tinggi.

3. Apa saya bisa beli franchise lalu ubah jadi nama sendiri?
Tidak. Umumnya itu melanggar kontrak. Kamu wajib mengikuti standar brand franchisor.

4. Apakah saya bisa belajar dulu lewat franchise sebelum bangun brand pribadi?
Tentu. Banyak pelaku usaha belajar SOP dan marketing dari franchise sebelum membangun brand sendiri.

5. Apa franchise cocok untuk usaha jangka panjang?
Bisa, jika franchisor-nya stabil dan support-nya bagus. Tapi kamu tetap tergantung pada sistem dan kebijakan pusat.


Ingin Konsultasi Lebih Lanjut?

Bergabunglah dengan kemitraan BukaOutlet saat ini juga!
Hubungi Kami untuk Bergabung