Franchise Shabu & Grill Kekinian – Tinggal Pilih Gerai Dan Omzet Jalan Sendiri

Tren All-You-Can-Eat & Daya Tarik Shabu-Grill di Indonesia
Konsep all-you-can-eat (AYCE) kini menjadi salah satu format kuliner paling diminati di Indonesia. Restoran shabu (hot pot Jepang) dan grill (barbeque ala Korea/Jepang) menjadi magnet bagi keluarga, komunitas, hingga pasangan muda.
Alasannya sederhana: konsumen membayar harga tetap untuk menikmati menu sepuasnya selama durasi tertentu. Model ini bukan hanya menawarkan makanan, tapi juga pengalaman bersantap yang memanjakan.
Bagi pelaku bisnis seperti Yudha, pemilik UKM yang ingin naik kelas, segmen ini menawarkan peluang besar—terutama jika dikembangkan melalui bisnis franchise yang sudah teruji.
Apakah Ada Franchise Shabu & Grill di Indonesia Saat Ini?
Beberapa brand ternama di kategori ini sudah membuka peluang kemitraan:
-
Pochajjang (Korean BBQ AYCE):
Investasi awal Rp800 juta – Rp1 miliar, termasuk lisensi 3 tahun, perlengkapan, branding, pelatihan, dan sistem operasional. Royalti ±5% per bulan. -
Shaburi (Shabu-shabu Jepang AYCE):
Tidak merilis biaya resmi, namun calon mitra perlu menyiapkan modal besar untuk renovasi, sewa lokasi premium, peralatan, dan royalti ±5%. -
Dragon Hot Pot (Hot pot global):
Menggunakan pendekatan modern, pendaftaran franchise tersedia secara digital. Biaya disesuaikan dengan skala gerai dan lokasi.
Detail Paket Franchise & Estimasi Biaya (Contoh Pochajjang)
Jika menggunakan Pochajjang sebagai contoh, berikut gambaran umumnya:
-
Modal Awal: Rp800 juta – Rp1 miliar (tergantung lokasi & ukuran outlet)
-
Royalti: ±5% omzet bulanan
-
Durasi Lisensi: 3 tahun, bisa diperpanjang
-
Fasilitas yang Didapat:
-
Lisensi merek
-
Desain & renovasi outlet
-
Peralatan masak & makan lengkap
-
Training karyawan
-
SOP operasional
-
Dukungan promosi & pemasaran
-
Skema Potensial Bisnis Franchise Shabu & Grill
Format restoran AYCE biasanya memerlukan:
-
Lokasi Ideal: Mall besar, pusat kuliner, atau ruko strategis dengan kapasitas 50–100 kursi.
-
Luas Area: ±100–200 m².
-
Perizinan: Izin usaha restoran, sertifikasi halal (jika diperlukan), dan izin kesehatan pangan.
-
Tenaga Kerja: Chef, asisten dapur, waiter, kasir, dan cleaning service.
Dengan modal besar, franchisee akan mengoperasikan bisnis premium dengan potensi omzet harian tinggi.
Analisis Potensi Keuntungan & Balik Modal
Berdasarkan data industri:
-
Rata-rata harga AYCE: Rp99.000 – Rp200.000 per orang.
-
Kapasitas harian: 100–150 pelanggan di lokasi strategis.
-
Omzet bulanan: Bisa mencapai Rp300–500 juta.
-
Margin bersih: ±25% setelah biaya operasional & royalti.
Dengan skenario tersebut, estimasi balik modal bisa dicapai dalam 18–24 bulan, tergantung stabilitas penjualan dan manajemen biaya.
Langkah Masuk ke Bisnis Franchise Shabu & Grill
-
Riset Brand – Pilih merek yang sesuai modal, reputasi, dan segmen pasar Anda.
-
Persiapkan Modal & Dokumen – Pastikan kesiapan finansial dan administrasi.
-
Kontak Pihak Franchise – Hubungi via website resmi atau kontak kemitraan.
-
Survei Lokasi – Pastikan lokasi memiliki traffic tinggi dan daya beli sesuai.
-
Negosiasi Kontrak – Bahas lisensi, royalti, dan dukungan yang akan diberikan.
-
Setup Outlet & Pelatihan – Bangun outlet sesuai standar, latih tim sesuai SOP.
-
Grand Opening & Promosi – Gunakan strategi media sosial dan promo awal untuk menarik pelanggan.
Kesimpulan
Bisnis franchise shabu & grill adalah peluang yang menggabungkan konsep kuliner premium dengan tren makan sepuasnya. Meski membutuhkan modal besar, potensi cuan dan daya tarik pasarnya tinggi.
Jika dikelola dengan lokasi tepat dan strategi pemasaran yang kuat, segmen ini bisa menjadi portofolio bisnis yang solid untuk jangka panjang.
FAQ Bisnis Franchise Shabu & Grill
1. Berapa modal minimal untuk memulai franchise shabu & grill?
Sekitar Rp800 juta – Rp1 miliar untuk brand populer seperti Pochajjang.
2. Berapa lama balik modalnya?
Umumnya 18–24 bulan, tergantung traffic dan manajemen operasional.
3. Apakah semua brand shabu & grill membuka franchise?
Tidak semua. Beberapa seperti Shaburi sangat selektif dan memprioritaskan lokasi premium.
4. Apakah lokasi wajib di mall?
Tidak wajib, tapi mall dan pusat kuliner memberi peluang traffic lebih stabil.
5. Apakah perlu chef profesional?
Ya, terutama untuk menjaga kualitas rasa dan standar penyajian.