Bisnis Bayangan Dalam Dunia Franchise: Sisi Gelap Yang Jarang Diungkap

Franchise Tak Selalu Manis: Kisah Nyata di Balik Janji Manis
Alvin, 34 tahun, pernah menjadi korban dari skema waralaba laundry yang ternyata fiktif. Ia dijanjikan sistem siap jalan, pelatihan, dan branding kuat. Tapi setelah transfer fee puluhan juta, franchisor hilang tanpa kabar.
Sayangnya, kisah seperti Alvin bukan satu-dua. Banyak calon investor tergiur iming-iming “franchise siap untung” yang ternyata hanyalah bisnis bayangan. Franchise bodong, sistem tanpa SOP, bahkan penipuan berkedok kemitraan, masih menghantui pasar.
1. Franchise Bodong: Jual Nama Tanpa Sistem
Salah satu modus umum adalah menjual “lisensi” franchise dengan embel-embel murah dan cepat balik modal. Tapi saat mitra sudah bayar:
→ Tidak ada SOP
→ Tidak ada dukungan promosi
→ Produk tidak konsisten
→ Franchisor sulit dihubungi
Kasus ini sering terjadi pada bisnis yang hanya bermodal akun media sosial tanpa legalitas jelas.
2. Overclaim Omzet: Proyeksi Palsu yang Menjebak
Banyak brosur franchise mencantumkan potensi omzet besar: “Omzet bisa Rp30 juta/bulan”, “Balik modal dalam 3 bulan”. Padahal:
→ Angka tersebut diambil dari lokasi terbaik, bukan rata-rata
→ Tidak disertai simulasi biaya operasional dan risiko
→ Tidak transparan soal margin dan potongan royalti
Franchisor profesional akan menunjukkan variasi performa berdasarkan data, bukan hanya angka tertinggi.
3. Fee Tinggi, Support Nol
Ada juga franchisor yang mematok biaya awal tinggi (Rp50–100 juta), tapi setelah mitra setuju:
→ Training seadanya
→ Tidak ada audit atau kunjungan berkala
→ Tidak membantu saat mitra kesulitan
Intinya, mereka hanya menjual "lisensi", bukan membangun kemitraan. Setelah kontrak ditandatangani, mitra dibiarkan bertahan sendiri.
4. Franchise Tanpa Legalitas
Franchise asli wajib terdaftar di Kementerian Perdagangan dan memiliki:
→ STPW (Surat Tanda Pendaftaran Waralaba)
→ HAKI atas merek
→ Dokumen SOP dan manual operasional
Banyak waralaba palsu yang tidak punya STPW, sehingga secara hukum statusnya tidak jelas. Ini membahayakan mitra saat ingin mengklaim hak atau menyelesaikan sengketa.
5. Sistem Kemitraan Palsu: Hanya Jual Produk Biasa
Beberapa “franchise” hanya menjual produk biasa (misalnya makanan beku, minuman instan, pulsa) lalu menyebutnya sebagai “franchise”, padahal:
→ Tidak ada sistem kemitraan formal
→ Tidak ada hak eksklusif wilayah
→ Tidak ada brand, booth, atau pelatihan
Mereka menjual produk dengan markup tinggi dan menyamar sebagai bisnis waralaba.
Cara Menghindari Perangkap Waralaba Abal-Abal
Sebelum memutuskan beli franchise, lakukan hal berikut:
-
Cek legalitas: Pastikan ada STPW, izin usaha, dan HAKI.
-
Survei outlet aktif: Tanyakan langsung ke mitra yang sudah berjalan.
-
Baca kontrak dengan teliti: Jangan hanya brosur, pelajari pasal-pasal kontrak kemitraan.
-
Uji franchisor: Tanya tentang SOP, support pasca-beli, dan skenario jika bisnis tidak sesuai target.
-
Bandingkan beberapa brand: Jangan hanya tergiur satu iklan viral. Lihat model bisnis serupa lainnya.
Tanda-Tanda Franchise Perlu Diwaspadai
-
Franchisor minta transfer cepat tanpa tatap muka
-
Brosur menjanjikan untung instan
-
Tidak ada simulasi biaya dan risiko
-
Website tidak punya alamat atau kontak jelas
-
Franchisor menolak pertanyaan kritis
FAQ: Sisi Gelap Dunia Franchise
Apakah semua franchise aman?
Tidak. Franchise adalah sistem yang bisa disalahgunakan jika tidak ada pengawasan dan edukasi.
Bagaimana mengecek keaslian franchise?
Cek STPW di situs Kementerian Perdagangan, dan lihat apakah brand terdaftar resmi dan memiliki HAKI.
Apa sanksi jika franchisor menipu?
Jika ada kontrak, mitra bisa menuntut secara perdata. Tapi banyak franchise bodong tidak legal, sehingga sulit ditindak.
Kesimpulan: Jangan Tertipu Kilau Brosur
Franchise adalah model bisnis yang bagus — tapi bukan tanpa risiko. Sering kali, sisi gelap muncul karena kurangnya edukasi dan regulasi ketat.
Bagi orang seperti Alvin dan kamu yang ingin masuk dunia waralaba, ingat satu hal penting: Jangan beli sistem yang tidak punya sistem. Pelajari, validasi, dan jangan tergesa-gesa. Franchise yang sehat bukan yang menjanjikan mimpi instan, tapi yang memberi dukungan nyata.
Kalau kamu ragu, jangan segan minta waktu lebih untuk riset. Dalam dunia franchise, waspada adalah bentuk investasi paling penting.