Mau Investasi Franchise? Ini Jawaban Kuliner Vs Non-Kuliner Tahun 2025!

Banyak karyawan seperti Rafi (34 tahun) yang berencana resign di 2025 mulai melirik marketplace franchise sebagai jalan keluar menuju kebebasan finansial. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah lebih aman memilih franchise kuliner (kopi kekinian, ayam geprek, minuman boba) atau franchise non-kuliner (laundry, klinik kecantikan, bimbel)?
Jawabannya tidak hitam-putih. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung tujuan dan profil risiko investor. Mari kita bandingkan secara menyeluruh.
Tren Franchise di 2025
Franchise kuliner diprediksi tetap jadi primadona karena kebutuhan makan dan minum adalah harian. Tren kopi, ayam geprek, minuman sehat, hingga teh boba masih bertahan, meski ada risiko cepat bergeser jika tren baru muncul. Persaingan di sektor ini juga sangat ketat, dengan margin keuntungan tipis sekitar 15–25%.
Sementara itu, franchise non-kuliner justru semakin naik daun. Contoh yang sedang populer adalah laundry kiloan, jasa cuci sepatu, klinik kecantikan, dan bimbingan belajar. Layanan ini cenderung stabil, tidak terlalu bergantung tren, dan biasanya menawarkan margin lebih besar, sekitar 30–50%. Karena itu, banyak investor mulai mengalihkan perhatian ke sektor non-kuliner sebagai pilihan jangka panjang.
Modal Investasi Awal
Jika bicara modal, franchise kuliner biasanya menuntut investasi lebih besar. Untuk kategori menengah, seperti franchise kopi kekinian, biaya awal berkisar antara Rp 80 juta hingga Rp 250 juta. Franchise makanan cepat saji besar bisa mencapai Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Meski begitu, ada juga franchise kuliner skala kecil (misalnya booth minuman) yang bisa dimulai dari Rp 30–70 juta, tetapi risikonya tinggi karena cepat jenuh.
Di sisi lain, franchise non-kuliner lebih bervariasi dan umumnya lebih rendah untuk entry-level. Franchise laundry bisa dimulai dari Rp 50 juta hingga Rp 150 juta. Klinik kecantikan mini biasanya butuh Rp 90 juta sampai Rp 150 juta, sedangkan bimbel berkisar Rp 100 juta sampai Rp 175 juta. Jadi, dari sisi modal awal, non-kuliner relatif lebih ramah bagi investor pemula.
ROI dan Omzet Bulanan
Franchise kuliner dikenal punya potensi omzet yang tinggi. Dengan lokasi strategis seperti di mall, dekat kampus, atau area perkantoran, omzet bisa mencapai Rp 60 juta hingga Rp 150 juta per bulan. Karena itu, ROI (return on investment) biasanya lebih cepat, sekitar 8–18 bulan. Namun, keuntungan besar ini sebanding dengan risiko yang juga tinggi: jika tren meredup atau lokasi sepi, omzet bisa turun drastis.
Marketplace Franchise non-kuliner cenderung menghasilkan omzet lebih stabil, meski tidak setinggi kuliner. Laundry kiloan, misalnya, biasanya mencatat omzet Rp 20–40 juta per bulan dengan ROI 12–18 bulan. Klinik kecantikan bisa meraih omzet Rp 40–60 juta per bulan, sedangkan bimbel berkisar Rp 30–70 juta per bulan. ROI untuk sektor ini lebih panjang, rata-rata 12–24 bulan, tetapi bisnisnya lebih tahan lama karena melayani kebutuhan rutin masyarakat.
Risiko Utama
Pada marketplace franchise kuliner, risiko terbesar adalah persaingan dan tren musiman. Produk yang sedang hype bisa meredup cepat, contohnya tren minuman boba yang sempat booming lalu mereda. Selain itu, biaya bahan baku yang fluktuatif (kopi, ayam, gula) bisa memengaruhi margin. Lokasi juga sangat menentukan; outlet di tempat ramai bisa sukses besar, tetapi di lokasi sepi bisa gagal total.
Franchise non-kuliner memiliki risiko berbeda. Faktor utama yang menentukan keberhasilan adalah kualitas layanan dan SDM. Laundry harus tepat waktu dan bersih, bimbel harus punya pengajar berkualitas, dan klinik kecantikan butuh terapis serta dokter berlisensi. Lokasi tetap berpengaruh, misalnya laundry ideal di area kos-kosan, bimbel dekat sekolah, dan klinik di area urban. Selain itu, sektor ini biasanya butuh izin usaha lebih kompleks, terutama klinik dan lembaga pendidikan.
Mana yang Lebih Cocok untuk 2025?
Jika tujuannya adalah ROI cepat dengan omzet besar, marketplace franchise kuliner memang lebih menarik. Dengan modal yang cukup dan strategi pemasaran agresif, keuntungan bisa diraih dalam hitungan bulan. Namun, ini hanya cocok bagi investor yang siap menghadapi risiko tinggi dan persaingan brutal.
Sebaliknya, bagi investor yang mencari stabilitas jangka panjang dan lebih suka bermain aman, franchise non-kuliner adalah pilihan bijak. Laundry, bimbel, dan klinik kecantikan melayani kebutuhan rutin yang tidak bergantung tren, sehingga lebih tahan terhadap perubahan pasar.
Outlook 2025
Melihat tren saat ini, franchise non-kuliner diprediksi akan semakin kuat di 2025. Masyarakat mulai lebih banyak mengalokasikan anggaran untuk layanan sehari-hari seperti perawatan diri, pendidikan, dan jasa praktis. Franchise kuliner tetap akan ramai, tetapi hanya brand yang benar-benar kuat yang bisa bertahan di tengah kompetisi ketat.
Kesimpulan
Pilihan franchise terbaik di 2025 sangat tergantung pada profil risiko investor.
-
Franchise kuliner: omzet besar, ROI cepat (8–18 bulan), tetapi berisiko tinggi karena persaingan dan tren cepat berubah.
-
Franchise non-kuliner: omzet lebih kecil, ROI lebih panjang (12–24 bulan), tetapi lebih stabil dan berkelanjutan.
👉 Untuk Rafi yang ingin resign dan mencari usaha jangka panjang yang aman, marketplace franchise non-kuliner seperti laundry, bimbel, atau klinik kecantikan bisa jadi pilihan lebih tepat. Namun, jika modal besar tersedia dan siap menghadapi risiko, franchise kuliner tetap bisa menghasilkan keuntungan besar dalam waktu singkat.